Monday, August 24, 2009

Merangsang Kecerdasan Anak Sejak Dini

Untuk merangsang kecerdasan anak sejak dini, diperlukan stimulasi bermain sejak dini. Apakah stimulasi bermain sejak dini itu? Menurut Dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi, dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang, stimulasi dini adalah rangsangan bermain yang dilakukan sejak bayi baru lahir. Rangsangan atau stimulasi ini sebaiknya dilakukan sejak janin masih berusia 6 bulan di dalam kandungan. Mengapa?

Stimulasi dipercaya dapat memengaruhi pertumbuhan sinaps (proses sinaptogenesis), yang membutuhkan banyak sialic acid untuk membentuk gangliosida, yang penting untuk kecepatan proses pembelajaran dan memori.

Rangsangan yang harus dilakukan dengan penuh kegembiraan, kasih sayang, dan setiap hari untuk merangsang semua sistem indera. Selain itu, harus juga merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan, dan jari-jari, mengajak komunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dari pikiran bayi dan balita.

Rangsangan yang dilakukan dengan suasana bermain dan kasih sayang, sejak lahir, terus-menerus, dan bervariasi, akan merangsang pembentukan cabang-cabang sel-sel otak, melipat gandakan jumlah hubungan antar sel otak sehingga membentuk sirkuit otak yang lebih kompleks, canggih, dan kuat. Dengan demikian, kecerdasan anak makin tinggi dan bervariasi (multiple intelligence).

Lalu, bagaimana menstimulasi janin yang masih dalam kandungan? Si ibu atau ayahnya bisa melakukannya dengan berbicara dekat perut si ibu, menyanyikan lagu, membaca doa, lagu-lagu keagamaan, sambil mengelus perut si ibu. Dapat pula memperdengarkan lagu dengan menempelkan earphone di perut ibu atau si ibu juga mendengarkan lagunya. Ada sebagian literatur yang mengatakan bahwa mendengarkan lagu klasik baik untuk perkembangan otak anak. Jika memang ingin memperdengarkan lagu klasik pada anak, penting juga untuk si ibu menyukai lagu-lagu tersebut. Sebab, suasana hati si ibu juga bisa memengaruhi si bayi. Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap hari, setiap saat ibu bisa berinteraksi dengan janinnya, misal, saat mandi, masak, cuci pakaian, berkebun, dan sebagainya.

Sementara untuk bayi atau balita, stimulasi bisa dilakukan dengan beragam cara sesuai perkembangan usianya, contoh:

Usia 0–3 bulan, berikan rasa nyaman, aman, dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, membunyikan suara atau musik, menggerakkan benda berwarna mencolok, benda berbunyi, menggulingkan bayi ke kanan/kiri, tengkurap-telentang, dan dirangsang untuk meraih dan memegang mainan.

Usia 3–6 bulan, bisa dengan bermain “cilukba”, melihat wajah bayi di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.

Usia 6–9 bulan, panggil namanya, salaman, tepuk tangan, bacakan dongeng, rangsang duduk, latih berdiri berpegangan.

Usia 9–12 bulan, mengulang menyebut mama-papa, kakak, masukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, gelindingkan bola, latih berdiri, jalan berpegangan.

Usia 12–18 bulan, latihan dengan corat-coret pensil warna, susun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle), masukkan dan keluarkan benda kecil dari wadah, main dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu, lap, dan lainnya. Latihlah untuk berjalan tanpa pegangan, jalan mundur, panjat tangga, tendang bola, lepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukkan ini, ambil itu), sebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.

Umur 18–24 bulan, tanyakan, sebutkan, tunjuk bagian-bagian tubuh (mata, hidung, telinga, mulut, dan lainnya), tanyakan gambar atau sebutkan nama binatang dan benda-benda di sekitar rumah, ajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum, mandi), latihan gambar garis, cuci tangan, pakai baju-celana, main lempar bola, melompat, dan lainnya.

Umur 2–3 tahun, ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit, dan lainnya), sebutkan nama teman, hitung benda, pakai baju, sikat gigi, main kartu, boneka, masak-masakan, gambar garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil/besar di toilet.

Setelah 3 tahun, selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi ini juga diarahkan untuk kesiapan bersekolah, antara lain; memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil/besar di toilet), dan kemandirian (ditinggal di sekolah), berbagi dengan teman, dan lain sebagainya. Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga), tetapi dapat pula di kelompok bermain, taman kanak-kanak, atau sejenisnya.

Sumber : Kompas.com

Wednesday, August 12, 2009

Cara Meningkatkan Kualitas ASI (Air Susu Ibu)

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi paling baik hingga bayi berusia 6 bulan. Kandungan kompleks pada ASI yang relatif mudah dicerna dan sangat dibutuhkan bayi, tak tergantikan oleh susu formula mana pun.

“Ingat, kualitas ASI juga bisa menurun bila status gizi ibu memburuk. Jika ini terus berlanjut, bisa-bisa kebutuhan gizi anak tak dapat terpenuhi secara maksimal,” papar Dr I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, SpA, MARS, Ketua Satgas ASI PP IDAI (Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia). Nah, untuk meningkatkan kualitas ASI, berikut sejumlah kiat dari Partiwi untuk para ibu.

1. Makan Seimbang
Konsumsi makanan sehari-hari dengan kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang berimbang. Ingat, jumlah makanan yang harus dikonsumsi ibu menyusui memang lebih banyak daripada biasanya. Pada 3 bulan pertama, dibutuhkan sekitar 500 kalori lebih banyak dari biasanya. Sedangkan usia kandungan di atas 3 bulan, sekitar 700 kalori lebih banyak dari biasanya.

2. Tetap Olahraga
Lakukan olahraga secara rutin dengan tujuan relaksasi agar suasana hati jadi bahagia. Olahraga bisa berupa aktivitas ringan dan berkala dengan durasi secukupnya, seperti jalan sehat atau aerobik. Suasana emosi yang bahagia akan meningkatkan hormon yang menunjang produksi ASI.

3. Konsumsi Kalsium dan Zat Besi
ASI merupakan sumber kalsium yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas tulang anak. Bila ibu menyusui merasakan keluhan nyeri pada tulang, sebaiknya segera tingkatkan asupan kalsium. Caranya dengan mengonsumsi makanan sumber kalsium, seperti ikan dan minum susu khusus ibu menyusui yang mengandung DHA, asam folat, kalsium, vitamin, zat besi, dan prebiotik FOS. Bila perlu, konsumsi pula suplemen yang mengandung kalsium.

4. Banyak Sayur dan Buah
Konsumsi lebih banyak sayuran hijau untuk meningkatkan asupan zat besi untuk menangkal anemia pada ibu dan bayi. Konsumsi lebih banyak buah sebagai anti-oksidan agar ibu tak mudah sakit.

5. Istirahat Cukup
Upayakan istirahat cukup untuk menekan stres yang akan menghambat produksi ASI. Pada 4-8 minggu pertama, biasanya ibu perlu begadang untuk menyusui. Sesuaikan saja waktu tidur ibu dengan waktu tidur bayi, dan istirahat 7-8 sehari.

Sumber: Kompas.com